Kamis, 05 Juni 2014

Tausiyah Islam Pernak-Pernik Islam (Edisi 5 Juni 2014)


Sayyid Jamal al-Din al-Afghani (1838-1897) & Kepimpinan Dunia Islam

oleh ABDUL SALAM MUHAMMAD SHUKRI
KELEMAHAN dunia Islam memerlukan kepada kepimpinan yang utuh dan berintegriti tinggi dalam usaha mengubah umat menjadi umat yang kuat, bersatu dan kreatif. Sayyid Jamal al-Din al-Afghani (1838-1897) merupakan pemimpin kepada kebangkitan Islam di zaman moden selepas kejatuhan umat Islam di tangan tentera Mongol dan penjajahan barat. Dunia Islam mengiktiraf sumbangan Jamal al-Din al-Afghani kepada kebangkitan Islam dan umatnya. Beliau merupakan seorang yang berpersonaliti komprehensif, pemikir agung, tokoh mujaddid dan pemimpin politik yang berwibawa (Amin Osman). Penulis barat seperti Nikki R. Keddie (2005) melihat Jamal al-Din al-Afghani sebagai tokoh ideologi yang terkenal dan aktivis politik di abab ke-19 yang masih kuat mempengaruhi dunia Islam. Beliau diterima umum sebagai tokoh Islam yang berjasa besar tanpa dibatasi sempadan negara, mazhab dan fahaman.

Artikel ini berkisar kepada sumbangan Jamal al-Din al-Afghani kepada dunia Islam secara umum dan secara khususnya tumpuan beliau dalam membentuk kepimpinan dunia Islam yang kuat dan mantap. Antara buah pemikirannya yang masih segar ialah perlunya kepada kesatuan umat Islam (al-wahdat al-Islamiyyah atau Pan-Islamisme) dalam menghadapi penjajahan Barat. Pendekatan beliau dalam berpolitik ialah mana-mana pemimpin Islam yang lemah atau bersekongkong dengan penjajah perlu disingkir dan digantikan dengan pemimpin yang kuat, berwibawa dan patriotik. Kesemuanya akan menjadi pengajaran kepada umat dalam menghadapi cabaran semasa.

Latar Belakang Hidup dan Perjuangan Jamal al-Din Al-Afghani
Kehidupan awal Jamal al-Din al-Afghani tidak begitu diketahui secara terperinci dan tepat. Ada yang mengatakan beliau lahir pada tahun 1838 di kampung bernama Asadabad, berdekatan dengan Hamadan, Iran (Keddie). Ada yang berpendapat beliau dilahirkan di As’ad Abad, berdekatan dengan Kabul, Afghanistan pada tahun 1839 (Adams 2010). Ayah beliau ialah Sayyid Safdar atau Saftar, seorang berketurunan sayyid dikatakan sampai kepada keturunan Rasulullah s.a.w melalui cucu baginda, Saidina Hussain bin Ali (626-680).
Menurut sumber Syiah, beliau mendapat pendidikan awal di rumah dan meneruskan pengajian di Qazvin, Tehran, Iran dan di Iraq terutamanya di kota suci Syiah (‘Atabat ‘Aliyat), iaitu Najaf, Karbala, Kazimayn dan Samarra. Di sekitar tahun 1856-57, perselisihan berlaku antara beliau yang masih muda berumur sekitar 18 tahun dengan ulama Syiah sehingga menyebabkan beliau meninggalkan ‘Atabat, meneruskan pengajiannya di India selama setahun lebih dalam ilmu-ilmu barat, metodologi dan bahasa inggeris. Seterusnya kembara ilmu diteruskan ke kota-kota Islam yang lain termasuk Mekah, Baghdad dan Istanbul. Menurut Charles Adams (2010), Jamal al-Din al-Afghani menguasai semua bidang ilmu Islam termasuk nahu Arab, saraf, balaghah, sejarah, teologi, tasawwuf, logik, falsafah, fizik, metafizik, matematik, astronomi, perubatan, anatomi dan sebagainya. Latar belakang pendidikan dan pengalamannya yang ada melayakkannya untuk menyumbang kepada dunia Islam.

Ini jelas apabila hampir sepuluh tahun, iaitu sekitar tahun 1865 beliau muncul di kampung kelahirannya, bertemu keluarga dan sanak saudara sebelum meneruskan perjalanan ke Tehran dan Aghanistan menerusi Khurasan dalam usaha membina kekuatan umat dan dunia Islam.
Beliau melihat kepentingan Afghanistan yang agak terpencil tetapi berpotensi dalam mengerakkan kekuatan dunia Islam. Di Afghanistan, beliau lebih dikenali sebagai Sayyid “Rumi” (Anatolian) atau “Estanboli”, iaitu orang Istanbul atas permintaan sendiri. Sebelum ini beliau sudah mendapat kepercayaan pemerintah (amir) Afghanistan dan pernah berkhidmat di bawah Amir Dost Muhammad Khan (1793-1863). Selepas kematian Dost Muhammad Khan, berlaku krisis politik sesama penggantinya, iaitu antara Sher Ali Khan (1825-1879) dan tiga adik beradiknya. Salah seorang dari mereka, iaitu Muhammad A’zam Khan melantik Jamal al-Din al-Afghani sebagai penasihatnya. Al-Afghani merancang dan menasihati A’zam Khan supaya berbaik-baik dengan Rusia di sebalik pihak Inggeris.

(Sumber : www.dakwah.com)

Tausiyah Islam Kajian Islam (Edisi 5 Juni 2014)


Memperbaharui Komitmen Beragama

Makna Komitmen Beragama
Kata komitmen dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perjanjian atau keterikatan untuk melakukan sesuatu. Orang yang komit diartikan sebagai orang yang mewajibkan diri untuk melakukan sesuatu.
 
Sedangkan agama Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw, mengandung tuntunan hubungan manusia dengan Allah Sang Pencipta (Al Khaliq), hubungan manusia dengan dirinya sendiri, maupun hubungan manusia dengan manusia lainnya. Aturan Islam yang mengatur hubungan manusia dengan Al Khaliq tertuang dalam hukum-hukum syariah mengenai aqidah dan ibadah. Aturan Islam yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri tertuang dalam hukum-hukum syariah mengenai akhlak, pakaian, makanan, dan minuman.

Aturan Islam yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya tertuang dalam hukum-hukum syariah mengenai perkawinan, pewarisan, jual beli, sewa menyewa, kontrak kerja, dan muamalah lainnya serta berbagai peraturan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan, pengadilan, dan pelaksanaan sanksi hukum untuk menegakkan aturan Islam itu di masyarakat.
   
Ketika seorang muslim mengucapkan dua kalimat syahadat berarti dia telah mengikat dirinya dengan pandangan hidup Islam, bahwa tiada Dzat yang dia akui sebagai satu-satunya Dzat yang layak disembah kecuali Allah Swt; bahwa tiadalah tugas hidup di dunia ini melainkan beribadah kepada-Nya (QS. Ad Dzariyat 56), baik dalam arti sempit maupun luas; bahwa tiada cara beribadah kepada-Nya yang diterima kecuali yang datang dari Muhammad Rasulullah Saw, bahwa seluruh aktivitas hidupnya harus berjalan sesuai dengan aturan Allah Swt, dan bahwa di akhirat kelak dia akan dimintai pertanggung-jawaban atas kesaksian dan komitmennya itu yang dia wujudkan dalam  keyakinan, perkataan, dan perbuatannya selama hidup.   

Komitmen Beragama Para Sahabat Nabi Saw.
Para sahabat Rasulullah saw. di kota Makkah saat mereka menyatakan penerimaan dan kesaksian mereka kepada Rasulullah saw. yang menawarkan aqidah tauhid dalam suasana dominasi kemusyrikan dan kejahiliyahan, memiliki komitmen untuk hidup baru sesuai dengan pengarahan Allah Yang Esa. Apapun resikonya. 

Ibnu Mas’ud r.a. adalah orang yang pertama kali membacakan Al Quran secara terbuka di tempat berkumpulnya orang Quraisy di dekat Ka’bah. Tentu saja orang-orang Quraisy langsung memukulinya sampai babak belur. Ketika kembali kepada para sahabatnya, dia justru mengatakan: "Mulai sekarang tidak ada lagi yang kutakutkan dari orang Quraisy, berikanlah lagi ayat-ayat Al Quran, pasti akan kubacakan di hadapan mereka."

Setelah Islam kuat secara politik maupun militer di Madinah, kaum muslim semakin komit dengan ajaran Islam, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan berjamaah (bermasyarakat dan bernegara). Orang-orang Anshar yang pada saat Baiat Aqabah ke-II menyatakan komitmen mereka (dalam bentuk baiat) kepada Rasulullah Saw, untuk melindungi beliau Saw. sebagaimana mereka melindungi keluarga mereka, benar-benar memenuhi komitmen mereka. Mereka selalu berjuang dan berjihad bersama Rasulullah Saw, tanpa pamrih.
 
Dengan komitmen para sahabat kepada perjuangan Islam, Allah SWT menolong Rasulullah Saw, dan kaum muslimin dalam memenangkan berbagai peperangan melawan kaum Quraisy, kaum Yahudi, dan musuh-musuh lainnya.  Sehingga Allah SWT mengokohkan wilayah kekuasaan negara Islam itu dari negera kota Madinah pada tahun pertama hingga meluas ke seluruh wilayah jazirah Arab pada tahun ke-10, tahun wafatnya Rasulullah saw.

Memperbaharui Komitmen Beragama?

Kita semua bisa merasakan, tatkala Ramadhan begitu getol kita beribadah. Begitu semangat kita ingin menjadi muslim yang diridloi Allah.  Begitu rajin kita mempersiapkan makan sahur, melaksanakan shalat tarawih dan membaca Al Quran. Tapi seketika lebaran, segala aktivitas mulia di atas pupus sudah. Disinilah perlunya memperbaharui komitmen beragama Islam kita dengan cara sebagai berikut.

Pertama, kita bersihkan dan murnikan kembali kebenaran keimanan kita kepada Islam. Di malam hari kita bermunajat kepada Allah, kita renungkan kembali pernyataan kita:

“Ya Allah, Engkau Maha Benar, janji-Mu benar, bertemu dengan-Mu benar, firman-Mu benar, surga itu benar, neraka itu benar, para nabi benar, dan Nabi Muhammad saw. adalah benar, serta kiamat itu benar. Ya Allah, hanya kepada Engkaulah aku berserah diri, hanya kepada Engkaulah aku beriman,hanya kepada Engkaulah aku bertawakkal, hanya kepada Engkaulah aku kembali, hanya karena Engkaulah aku berdebat, dan hanya kepada Engkaulah aku meminta keputusan hukum,…”.

Benarkah yang kita nyatakan di atas? Apa kenyataan dari pernyataan kita di atas? 

Kedua, kita perlu meneladani komitmen beragama para sahabat yang merupakan contoh generasi yang memiliki komitmen Islam yang sangat tinggi.  Mereka adalah orang-orang yang hidup dengan metode kehidupan Islam yang suci. Mereka membangun peradaban mereka dengan asas aqidah Islamiyah, aqidah Lailahaillallah Muhammadurrasulullah. Mereka menjadikan tolok ukur aktivitas kehidupan mereka adalah halal haram. Mereka adalah orang-orang yang menjadikan ridlo Allah sebagai tujuan hidup dan makna kebahagian bagi mereka adalah melakukan amal yang mengantarkan pada mendapatkan ridlo-Nya itu (lihat QS. At Taubah 100).

Ketiga
, selanjutnya marilah kita mulai mewujudkan langkah menumbuhkan komitmen itu satu persatu dalam diri kita dengan melaksanakan, mencatat, dan mengontrol komitmen kita itu satu-persatu dalam perkara-perkara yang bisa kita lakukan terlebih dulu sesuai dengan kemampuan kita. Misalnya, kita mulai dengan mendisiplinkan sholat berjamaah, merutinkan sholat tahajjud, merutinkan shaum Senin Kamis dan sunnah lainnya, dan merutinkan membaca Al Quran setiap habis sholat Subuh dan habis sholat Maghrib. Setelah itu insyaallah perkara-perkara lain bisa kita lakukan dengan lebih mudah.
 
Khatimah
Akhirnya marilah kita perbaharui komitmen beragama Islam kita dengan merenungkan kata-kata bijak:


Bukanlah berlebaran itu bagi orang yang bajunya baru, tapi berlebaran itu bagi orang yang ketaatannya bertambah”.  Semoga kita termasuk di dalamnya. Allahumma Amin!



Tausiyah Islam Bicara Syariah Pintar Karya Dr Irfan Syauqi Beik (Edisi 5 Juni 2014)


 
Memperkuat Perdagangan Indonesia ke Negara OKI

Indonesia perlu mengoptimalkan semua potensi yang ada untuk mengembangkan perdagangan, termasuk potensi ekspor barang dan jasa ke luar negeri. Selama ini, orientasi perdagangan Indonesia lebih banyak ke negara-negara barat, sementara ke negara-negara Islam khususnya anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) masih kurang. Padahal potensi ekspor ke negara-negara tersebut sangat besar.

Dari data yang ada, ekspor Indonesia ke negara anggota OKI baru sebesar 12%. Dari 12% itu 91% diantaranya adalah ekspor  ke 17 negara, sementara anggota OKU ada 57 negara., yang kebanyakan adalah negara kaya, pendapatannya sangat tinggi, dan merupakan pasar ekspor yang potensial. Ini seharusnya dimanfaatkan untuk meningkatkan ekspor.

Sudah saatnya Indonesia mengalihkan pasar ekspornya, dengan menggarap secara serius pasar ke negara-negara OKI, termasuk Timur Tengah. Apalagi Amerika Serikat dan Uni Eropa belum sepenuhnya pulih dari krisis ekonomi.  Oleh karena itu peluang tersebut harus dimanfaatkan, dengan  harapan akan mendorong perekonomian nasional.

Salah satu penyebab rendahnya ekspor Indonesia ke negara-negara OKI, salah satunya disebabkan belum adanya FTA antara Indonesia dengan mereka, kecuali dengan Malaysia. Sayangnya,  ternyata impor Indonesia dari negara-negara Islam lebih besar, terutama migas. Hal ini mengakibatkan terjadinya trade balance yang negatif. Padahal dengan pendapat dari migas yang sangat tinggi, negara tersebut juga bisa dimanfaatkan dalam hal foreign direct investmen.   

Dalam pembukaan pasar ekspor ke negara anggota OKI, bukan hanya perlu peran pemerintah, tapi juga pengusaha dalam hal kesiapan. Pemerintah harus lebih optimal dalam menjalin hubungan kerjasama perdagangan. Hal itu diyakini tidak sulit, karena negara-negara OKI relatif  tidak terlalu cerewet dalam hal persyaratan  barang ekspor, kecuali dalam soal kehalalan pada produk makanan.

Dalam pembukaan pasar ekspor ke negara anggota OKI, bukan hanya perlu peran pemerintah, tapi juga pengusaha dalam hal kesiapan. Pemerintah harus lebih optimal dalam menjalin hubungan kerjasama perdagangan. Hal itu diyakini tidak sulit, karena negara-negara OKI relatif  tidak terlalu cerewet dalam hal persyaratan  barang ekspor, kecuali dalam soal kehalalan pada produk makanan.

Pemerintah harus lebih  jeli lagi dalam melihat peluang ini, tidak terpaku pada pasar ekspor tradisional. Berpikirnya adalah sebagai kesempatan ekonomi untuk kepentingan bangsa dan rakyat.



Hot Berita Islam (Edisi 5 Juni 2014)


Tolak Penutupan Dolly, PSK Surati Presiden dan Komnas HAM


LOKALISASI prostitusi Dolly akan secara resmi ditutup pada 18 Juni mendatang, atau sekitar 2 pekan lagi dari sekarang. Namun ternyata, para pekerja seks komersial (PSK) yang bekerja di tempat ini menolak rencana penutupan tersebut.

Sekitar 1400 orang PSK dilaporkan membuat surat yang  ditujukan kepada Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Kamis (5/6/2014).

Yang menjadi sasaran kekesalan para PSK adalah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Salah satu bunyi surat itu adalah sebagia berikut: “Oalah Bu Risma..Bu Risma. Saya mencari makan tidak minta kepada Anda tetapi kenapa kok Anda mau menutup pekerjaanku. Para PSK ini adalah orang susah Bu kok mau dibuat lebih susah lagi. Kita sama-sama perempuan, apa yang saya rasakan ya Anda rasakan Bu?” seperti dikutip dari republika online.

“Lagipula siapa yang mau bekerja seperti ini, tetapi karena kami terpaksa karena ekonomi. Urusan dosa saya tanggung di akhirat. Jadi Dolly jangan sampai Anda tutup. Kami bekerja sudah ada tempatnya. Kalau sampai Anda menutupnya, kami akan menjajakan diri di jalan, hingga di taman.”

(Sumber : www.islampos.com)


Berita Islam Timur Tengah (Edisi 5 Juni 2014)


Jenderal Pertahanan Udara Suriah Tewas di Dekat Damaskus
Kepala pasukan pertahanan udara Suriah Letnan Jenderal Hussein Ishaq tewas dalam sebuah pertempuran di dekat kota Damaskus, kata pejabat keamanan Suriah mengabarkan kepada kantor-kantor berita.

Dilansir kantor berita AFP, Ishaq tewas hari Sabtu (17/5/2014) karena luka-luka yang dideritanya saat pasukan oposisi menyerang markas pertahanan udara Suriah di kota Mleiha, salah satu medan pertempuran penting di tenggara ibukota Damaskus.

Pasukan pertahanan udara rezim digunakan untuk menghadapi kemungkinan serangan udara Amerika Serikat, tetapi dalam peperangan ini mereka menggunakannya untuk melawan oposisi, kata Rami Abdul Rahman direktur Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di London kepada AFP.

Abdul Rahman menyebut kematian Ishaq sebagai “pukulan psikologis penting” untuk rezim Bashar Al-Assad.

Selama lebih dari sebulan terakhir, pasukan rezim Suriah dibantu pasukan dari organisasi teroris Syiah asal Libanon, Hizbullah, berusaha merebut kembali Mlieha, kota strategis yang dikuasai pasukan oposisi.

Mlieha sudah dikepung selama lebih dari satu tahun, dan lebih dari sebulan terakhir dihujani tembakan oleh pasukan rezim dan pendukungnya.

Menurut Observatory, meskipun Mlieha dikepung dan dibombardir pasukan pro-Assad, namun para pejuang dari kelompok oposisi berhasil mempertahankannya, mengambilalih kembali sejumlah gedung di pusat kota.

Sementara rezim Assad masih menguasai Damaskus, pasukan oposisi menduduki sejumlah kota dan desa di sekitar ibukota Suriah.